PDM Kota Magelang - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kota Magelang
.: Home > Artikel

Homepage

MUHAMMADIYAH BUKAN WAHABIYAH

.: Home > Artikel > PDM
15 Juni 2012 20:55 WIB
Dibaca: 5897
Penulis :

Oleh : Drs. Yatino (Sekretaris PDM Kota Magelang)

 

Sungguh, keliru besar ketika ada pendapat yang menyatakan bahwa Muhammadiyah itu pengikut Wahaby atau Muhammadiyah itu sama fahamnya dengan Wahabiyah. Pendapat seperti itu “ngawur” dan “tendensius” serta tidak berdasar. Boleh saja orang tidak suka pada Muhammadiyah, tetapi jangan kemudian dilakukan dengan “menghalalkan segala macam cara” untuk menghancurkkannya. Tindakan seperti itu adalah tindakan tidak terpuji sekaligus tidak beradab. Dalam  Negara “demokrasi” seperti Indonesia mestinya semua pihak menghargai dan menghormati  perbedaan, bukan justru memperbesar jurang perbedaan sesama warga bangsa apalagi  terhadap sesama Muslim. Pada dasarnya sesama muslim itu bersaudara, sebagaimana Firman Allah SWT dalam Q.S. Al Hujarat ayat 10.

Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.

Adalah menjadi “aneh” bila kita yang  sesama muslim masih juga bertengkar ”Rebut benere dewe” (Mencari benarnya sendiri). Tindakan seperti ini tentu harus sudah segera diakhiri dan jangan ditemukan lagi dan dibesar-besarkan, umat Islam yang rugi pada akhirnya.

Dewasa ini, ramai dibicarakan perihal faham keagamaan (Islam) yang Eksklusif. Fenomena ini sudah melebihi  ambang batas kewajaran, cenderung kontra produktif  dan merugikan umat Islam. Perpecahan dan keretakan hubungan sosial muamalah duniawiah menjadi kenyataan dan sudah di depan mata. Dan yang merepotkan hal itu muncul karena alasan-alasan yang direkayasa dan tidak substantif demi kepentingan kelompok atau organisasinya masing-masing.

Sehubungan dengan hal tersebut Umat Islam pada umumnya dan Muhammadiyah pada khususnya tidak perlu ”terpancing”, emosional atau bahkan ”reaktif destruktif”. Kita mesti tetap istiqomah  menjaga tali silaturahim diantara sesama umat agar tercipta hubungan yang selaras, serasi dan seimbang. Agar lebih jelas akan kami gambarkan secara singkat tentang Muhammadiyah dan Wahabiyah.

MUHAMMADIYAH

Muhammadiyah sebagai sebuah gerakan yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan di Yogyakarta se abad yang lalu sering dikaitkan dengan gerakan-gerakan pembaharuan Islam yang berkembang di dunia Islam sebelumya. Gerakan pembaharuan Islam (”tajdid fil Islam) itu sering disebut pula sebagai gerakan kebangkitan Islam (As-Sahwa al Islamy) atau The Revival of Islam”. Dalam terminologi kontemporer disebut pula sebagai gerakan reformasi dan modernisasi Islam (”The Islamic Reformism”, ”The Islamic Modernism”). Muhammadiyah sejak kelahirannya di kampung Kauman Yogyakarta tanggal 18 Nopember 1912 memiliki karakter atau watak kuat sebagai gerakan tajdid. KH Ahmad Dahlan sebagai pendirinya dikenal pula sebagai mujadid atau pembaru  karena sejumlah gagasan dan langkah gerakannya yang bersifat pembaharuan, ketika saat itu Islam berada dalam kondisi ”jumud” (statis) dari segi paham dan pamikiran keagamaan serta tertinggal dalam kondisi kehidupan.

Gagasan gerak langkah Muhammadiyah berupa terobosan-terobosan melintasi zaman seperti : 1) meluruskan arah kiblat, 2) sholat Ied di tanah lapang, 3)memahamkan islam yang bersifat tajdid, 4) pemahaman dan implementasi surat Al ma’un, 5) merintis pentingnya publikasi dengan menerbitkan suara muhammadiyah pada tahun 1915, 6) mempelopori pendidikan islam modern yang memadukan  persyarikatan dan sekolah umum ala barat, 7) mendirikan pandu Hizbul Wathon pada tahun 1918 dan 8) mendirikan pergerakan perempuan Islam pada tahun 1917 yakni organisasi ‘Aisyiyah.

Muhammadiyah dalam berdakwah pun tidak lepas dari spirit pembaharuan. Dakwah tidak hanya sekedar secara lisan (tabligh) atau “dakwah bil lisan al-maqal”, tetapi juga dakwah dengan tindakan atau perbuatan (dakwah bil hal). Wujudnya berupa : Penolong Kesengsaraan Oemon (PKO) pada tahun 1922 yang kemudian berubah menjadi Pembinan kesejahteraan Umat (PKU) maupun Weiss house atau Panti Asuhan dan masih banyak lagi bidang garap Muhammadiyah.

Secara idealistik pendirian Muhammadiyah didorong oleh pemahaman terhadap Firman Allah Q.S. Ali Imron : 104.

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.

Jadi Muhammadiyah bersandar pada tiga hal yaitu : 1) menyuruh manusia kepada keutamaan, 2) menyuruh berbuat kebajikan dan 3) mencegah perbuatan munkar. Dilanjutkan pada Firman Allah QS. Ali Imron: 110. “Kamu adalah umat terbaik (Khaira Ummah) yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah”

Adapun faktor-faktor yang mendorong kelahiran Muhammadiyah adalah : 1) Umat Islam tidak memegang teguh tuntunan Al Qur’an dan As Sunah , sehingga menyebabkan merajalelanya syirik, bid’ah dan khurafat, 2) ketiadaan persatuan dan kesatuan umat Islam akibat tidak tegaknya ukhuwah islamiyah, 3) Kegagalan lembaga Islam melahirkan kader-kader Islam 4) Umat Islam kebanyakan hidup dalam fanatisme sempit, bertaklid buta serta berfikir secara dogmatis, 5) Adanya keinsyafan akan bahaya yang mengancam agama Islam serta berhubung dengan misi dan zending di Indonesia.

WAHABIYAH

Gerakan wahabiyah lahir pada abad ke 18 dipelopori oleh Muhammad Ibn Abdil Wahhab yang lahir di Nejd, Arab Saudi. Kemundurandunia Islam, perpecahan aliran dan politik serta kehidupan agama Islam yang menyimpang sebagai sebab lahirnya gerakan ini. Tekanan gerakan ini pada pemurnian ajaran Islam dengan corak yang terbilang keras. Muhammad Ibn Abdil Wahhab ingin mengembalikan Islam pada sumbernya yang asli yaitu al qur’an dan Hadits nabi yang outentik sebagaimana jejak salaf al-shalih yang dikumandangkan Ibn Taymiah dan para pengikut mazhab Ibn Hambal sebelumnya. Muhammad ibn Abdil Wahhab sebagai pelanjutnya mencoba melakukan gerakan pemurnian yang lebih praktis dan keras sekaligus melakukan gerakan pemberantasan terhadap praktik-praktik syirik dan bid’ah dengan cara pemusnahan  bangunan yang dianggap bertentangan dengan Islam.

Pandangan gerakan Wahabiyah fokus dan bertumpu pada “ Ruju ila Al Qur’an wa al Sunnah” yang dilakukan dengan cukup keras berkisar pada hal-hal sebagai berikut : 1) orang yang telah musyrik boleh dibunuh 2) mereka yang minta tolong selain kepada Allah seperti syeh, wali dan dari kekuatan ghaib di kategorikan musyrik. 3) menyebut nama nabi, syech sebagai perantara doa juga merupakan syirik. 4) meminta safaat selain pada Tuhan adalah perbuatan syirik. 5) bernazar selain dari Tuhan juga syirik. 6) memperoleh pengetahuan selain dari Al Qur’an, Hadits dan qiyas merupakan kekufuran.7) tidak percaya kepada qada dan qadar Tuhan merupakan kekufuran. 8) menafsirkan Al Qur’an dengan takwil (interpretasi kebebasan) adalah kufur. (Harun Nasution, 2001).

Dengan demikian gerakan Wahabiyah dapat disimpulkan merupakan gerakan pemurnian yang keras yang visinya langsung yaitu kepada Islam Klasik. Hukum klasik yang diikuti adalah langsung, kaku, mengikuti madzab Hambali dengan dibersihkan dari segala macam bid’ah, mengikuti hukum secara penuh, keras dan utuh dan mendirikan masyarakat dimana hukum itu berjalan itulah Islam dan lainnya adalah salah.

 

MUHAMMADIYAH Bukan WAHABIYAH

Menyimak dari uraian diatas Muhammadiyah jelas bukan penganut paham Wahaby bukan pula pengikut Wahaby. Muhammadiyah ya Muhammadiyah, pengikut Nabi Muhammad Saw An sich sedang Wahaby ya Wahaby. Kedua-duanya memang organisasi pembaruan dalam Islam (at tajdid fi al Islam) tetapi metode dan manhajnya berbeda. Muhammadiyah itu penuh moderat “Ummatan Wasathan” (Kelompok Tengah), yang menerjemahkan Islam berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah dengan mempertimbangkan kearifan, keperluan, kemajuan zaman dan umat manusia. Muhammadiyah memilih bagian dari Ummatan Wasathan agar mampu tampil sebagai syuhada ‘ala nas berpikir pada prestasi dan supremasi sosial , keilmuan, ekonomi, budaya dan kemanusiaan berbasis nilai Islam ditengah kheidupan masyarakat Indonesia yang majemuk. Jalan yang ditempuh Muhammadiyah adalah jalan lurus Islam yang moderat.

Dengan demikian Muhammadiyah jauh dari gerakan Wahabiyah dan bukan gerakan Wahabiyah. Tidak ada hubungan apapun antara Muhammadiyah dan Wahabiyah banyak hal yang membedakan antara Muhammadiyah dan Wahabiyah.           


Tags:

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website